1. Survey oh survey
Di suatu Debat di salah satu stasiun televisi, salah seorang pendukung Jokowi dengan ciri khasnya menyatakan bahwa Jokowi sudah terbukti akan terpilih menjadi Presiden bercermin dari pemilihan gubernur DKI. Saat itu survey untuk Jokowi sangat rendah, namun akhirnya bisa memenangkan pilkada dan menjadi Gubernur DKI.
Di stasiun televise lain juga terjadi perbincangan tentang pilpres & capres. Pendukung Jokowi dengan bangga menyatakan bahwa semua lembaga survey menyatakan bahwa hasil survey menunjukkan Jokowi pemenang. Percaya dan yakin Jokowi akan terpilih karena hampir semua Lembaga survey menunjukkan elektabilitasnya tinggi
Bagaimana nih bang Akbar Feisal (???)
2. Pembakaran Posko Jokowi
Harus dicari dan dibuktikan siapa yang sebenarnya membakar posko Jokowi karena bisa saja ini anarkhisme kubu Prabowo terhadap Jokowi atau black campaign kubu Jokowi untuk membangun simpati kepada Jokowi dengan menunjukkan kubu prabowo anarkhis karena poster Jokowi di dekatnya tidak dibakar. Semangat penegak keadilan!
3. Harga kuda dan Perjanjian Batu Tulis
Di acara Debat di salah satu stasiun televisi menyoroti tentang ingkar janji Megawati dan “Perjanjian Batu Tulis”, pendukung salah satu capres menuding Prabowo yang mengendarai kuda mahal “ berapa tuh harganya”. Loh bukannya bagus Bro, kita harus pilih Presiden yang kaya, jadi nanti tidak akan korupsi untuk memperkaya dirinya. Wong udah kaya. Kalau presiden terpilih nanti “kurang kaya” maka kemungkinan korupsi pasti besar karena ia harus mengganti uang kampanye dan janji-janjinya kepada yang membayarnya pada masa pemilihan.
4. Transaksi Politik di Kubu Jokowi-JK[1]
Pengamat politik dari Universitas Jayabaya Igor Dirgantara mengatakan, transaksi politik di poros Jokowi-JK menguat seiring pernyataan Muhaimin Iskandar yang menyebutkan bahwa Menteri Agama pasti dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Menurut Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini kalau pasangan Jokowi-JK menang dalam Pilpres 9 Juli 2014 mendatang maka jabatan Menteri Agama pasti dari kalangan NU. Dengan demikian statement yang menyatakan bahwa tidak adanya politik transaksi dalam koalisi poros Jokowi-JK, ‘kerjasama tanpa syarat’, jelas kebohongan publik.
Pada pilpres 2014 ini ada 5 parpol berbasis Islam, yaitu PAN, PKS, PBB, PPP dan PKB. Empat parpol PAN, PKS, PBB, PPP berkoalisi dengan Gerindra mendukung Prabowo hanya PKB satu-satunya berkoalisi dengan PDI-P dan mendukung Jokowi.
PKB dilahirkan dari NU tahun 1998. Pada tahun 1952, NU keluar dari Masyumi (partai Islam) terkait dengan perebutan jabatan Menteri Agama, dan NU mendirikan parpolnya sendiri partai Nahdlatul Ulama. Dengan penyataan Ketum PKB ini sepertinya “dendam” ini masih membara di tubuh NU.
Dekrit 5 Juli 1959 demokrasi terpimpin Soekarno, Partai Islam terpecah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pertama yang menilai bahwa sistem demokrasi terpimpin otoriter dan merupakan bentuk penyimpangan dari ajaran Islam dan kelompok kedua yang menilai dukungan terhadap sistem ini sebagai sikap yang realistik dan pragmatik. NU masuk dalam kelompok kedua, sedangkan Masyumi masuk ke dalam kelompok pertama, dan tahun 1960 Masyumi harus memilih, membubarkan diri atau dinyatakan sebagai partai terlarang.[2]
Transaksi Politik di Kubu Jokowi-JK terindikasi juga dengan terpilihnya JK sebagai Cawapres setelah “alot”nya pencarian Cawapres pendamping Jokowi. JK adalah Cawapres pilihan Surya Paloh – NASDEM, partai pertama yang berkoalisi dengan PDI-P.
5. Hiruk Pikuk Pilpres 2014 dan Mahabharata
Dengan hanya dua pasang capres-cawapres yang maju, maka hanya ada dua kubu yang “bertanding” untuk memenangkan calonnya. Ketika aku menonton kisah Mahabharata di ANTV, aku merasa duel kubu pasangan capres cawapres seperti kisah Mahabharata, 2 kubu Pandawa vs Kurawa. Kubu Pandawa adalah Prabowo – Hatta dan Kurawa Jokowi – JK. Jika menonton acara-acara Metro-TV maka sangat terasa Kurawanya Jokowi-JK (Kurawa ada 100/ banyak) sedangkan Prabowo – Hatta seperti Pandawa 5 (sedikit) namun dengan personil intelektual (intelektual muda PKS). Do’aku semoga tidak terjadi kekerasan fisik seperti pada kisah Mahabharata melainkan hanya pertarungan strategi dan program membangun Indonesia bermartabat.
6. Puteri Muslimah Indonesia dan Ustadz
Katanya, ajang Pemilihan Puteri Muslimah Indonesia diadakan sebagai encounter terhadap ajang Pemilihan Puteri Indonesia. Ajang ini membawa misi beraneka dari keinginan menunjukkan bahwa berjilbab juga “cantik”, berjilbab tetap leluasa berkegiatan (siapa yang bilang tidak leluasa?) sampai bla .. bla .. bla…
Dulu juga ada seorang ustadz yang memiliki cara pemikiran yang sama untuk mengencounter selebritis. Ketika itu West live, grup musik Inggeris sedang merajai dunia sehingga foto-fotonya menghiasi tidak hanya dinding kamar tetapi sampai ke dompet sebagaian remaja dan masyarakat Indonesia. Untuk mengencounter hal itu, sang ustadz berinisiatif menempelkan fotonya dipernik-pernik produknya, maklum ketika itu sang ustadz adalah ustadz kondang dan terkenal. Seorang teman berkomentar: “ ini mah sama seperti para ustadz kita bilang, mencuci najis dengan urin (air seni)”
Ajang Pemilihan Puteri Muslimah Indonesia yang diadakan untuk encounter ajang Pemilihan Puteri Indonesia, sepertinya sama seperti komentar teman tersebut, mencuci najis dengan urin (air seni).
Al-Qur’an An-Nuur [24]:21. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar…
Al-Qur’an An-Nuur [24]:30. Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat“.
Ajang Pemilihan Puteri Muslimah Indonesia tidak saja membangkang perintah Allah untuk tidak mengikuti langkah- langkah syaitan (Al-Qur’an An-Nuur [24]:21) tetapi juga tidak mendukung para lelaki beriman untuk menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya (Al-Qur’an An-Nuur [24]:30)
Islam bukan melarang cantik bahkan tidak melarang kegiatan seperti ajang Pemilihan Puteri Muslimah Indonesia, tetapi seperti muslimah berpakaian ada aturannya, maka setiap apa yang kita lakukan ada aturannya.
Al-Qur’an An-Nuur [24]:1. (ini adalah) satu surat yang Kami turunkan dan Kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang ada di dalam)nya, dan Kami turunkan di dalamnya ayat ayat yang jelas, agar kamu selalu mengingatinya.
Jika kegiatan seperti ajang Pemilihan Puteri Muslimah Indonesia, fashion show dan sejenisnya ingin dilakukan maka Allah telah membuat ketentuannya . Buatlah ajang tersebut hanya ditonton oleh sesama muslimah.
Al-Qur’an An-Nuur [24]:31. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
Setiap kita melakukan sesuatu hal yang negatif menurut batasan Islam, atau mulut berkata tidak sesuai nurani Islami maka energy negatif akan terpancarkan dari tubuh kita, disadari atau tidak. Energy ini akan menjadi “neraka” bagi kita dan akan “membakar” kita.
Waallahu’alam bisshawab.
[2] Peran Sukarno dalam perpecahan perpolitikan Islam di Indonesia www.muslimdaily.net , http://www.akhirzaman.info/nasional/ipoleksosbud/1296-siapa-sebenarnya-soeharto.html, http://toglu.wordpress.com/2012/09/30/sejarah-pemilu-indonesia-dari-masa-ke-masa/