PDI-P

Pendapat Tentang Pencapresan JOKOWI #CerdasMemilih

1.   Jusuf Kalla (JK): Hancur Kita Kalau Jokowi Jadi Capres

Akhir-akhir ini, beredar video wawancara mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) di dunia maya lewat tayangan wawancara dengan Bisnis Indonesia TV. Menurut JK, Jokowi hanya populer, namun belum bisa membuktikan keberhasilan membangun Jakarta[1] Menurut JK,  Indonesia akan hancur jika Jokowi jadi Capres.

Video berdurasi 3 menit 52 detik itu dibuat sebelum JK menjadi cawapres pendamping capres Jokowi. JK mengkritik pedas Jokowi yang dianggap belum pantas memimpin negeri ini.  Menurut JK, kemampuan dan pengalaman lebih penting daripada sekadar umur. Jokowi belum membuktikan berkemampuan mengurus ibu kota, apalagi negara ini.  Orang muda yang mau Capres syaratnya punya pengalaman dan harus punya track record. Jokowi memang populer, tetapi belum bisa membuktikan mampu mengurus Jakarta, apalagi negera ini berpenduduk sekitar 240 juta jiwa.

“Bisa hancur negara ini jika mantan wali kota Solo itu menjadi capres.  Jangan tiba-tiba karena terkenal di Jakarta dicalonkan presiden. Bisa hancur, bisa bermasalah negeri ini. Kalau sukses di DKI, ya silakan.”

Pendapat JK ini mengacu kepada negara-negara lain yang presiden atau perdana menterinya tidak datang secara instan, melainkan melalui beberapa tingkatan. Contohnya Amerika Serikat, yang menjadi presiden pasti dari gubernur atau senator.

“Siapa bilang Jokowi tidak punya pengalaman? Dia kan Gubernur DKI, pengalamannya dari Wali Kota Solo. Saya sendiri yang usulkan supaya satu tingkat di atasnya, saya anggap baik di Solo, bisa naik di atasnya DKI,”

“Biarlah DKI dulu, itu masalah popularitas, belum membuktikan mampu mengurus Jakarta. Bahwa dia (Jokowi) mampu mengurus Jakarta otomatis punya kemampuan mengurus negeri ini,”

2.   Mantan Wagub DKI : Jokowi Pimpin Jakarta Tanpa Arah [2]

Prijanto, mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta juga meragukan kapasitas Joko Widodo (Jokowi).  Sebagai mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Prijanto mengaku sebelumnya sangat dekat dengan Jokowi.

Mantan wakil gubernur DKI Prijanto mengungkapkan untuk menjadi pemimpin di Indonesia harus memiliki lima kriteria, yaitu karakter, kapabilitas, kapasitas, kredibilitas, dan kepemimpinan.

Prijanto: “Dengan mata, telinga dan mulut saya sendiri, saya memiliki beberapa catatan terhadap Jokowi. Catatan ini penting saya sampaikan agar publik mengerti dan tidak salah dalam memilih calon Presiden,”

Menurut Prijanto:

Pertama: Patut diduga Jokowi tidak peka terhadap tindak korupsi, bahkan terkesan bahwa Jokowi membiarkan dan melindungi tindak korupsi. “Kasus korupsi bus Transjakarta itu hanya salah satu contohnya saja,”

Kedua: Jokowi memimpin DKI Jakarta seperti tanpa arah dan tujuan. “Suatu ketika saya pernah sampaikan pentingnya RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah), tapi dijawabnya tidak penting,”.

Ketiga: banyak pimpinan dan staf SKPD yang mengeluh kepada Jokowi karena bingung harus melakukan apa.  Setiap mereka memaparkan sesuatu, Jokowi tidak pernah memberikan keputusan, petunjuk atau arahan kerja. Tetapi malah ingin cepat-cepat keluar.

Keempat: banyak staf merasa heran dan mempersepsi aneh karena Gubernur Jokowi di luar banyak dipuji karena dianggap dekat dengan rakyat tapi dengan bawahan sendiri bersikap feodalistik dan tidak komunikatif.

Kelima: Jokowi bukan tipe pemimpin bertanggung jawab. “Saya pernah bertanya, mengapa PT MRT banyak dikendalikan oleh orang Ahok. Jokowi dengan santai menjawab, biarin. Kalau MRT gagal yang salah Wagub, tapi kalau MRT berhasil yang dikenang Gubernur.

Keenam: Jokowi tidak paham persoalan administrasi. Banyak berkas menumpuk belum ditanda-tangani sehingga beberapa hal tersendat.  Sebaliknya, kalau terkait pencitraan diri, Jokowi cepat sekali bertindak. Blusukan atau pendirian stadion di atas taman BMW yang masih bermasalah itu. Jokowi tidak sabar ingin meletakkan batu pertama agar dikenang sebagai Gubernur yang peduli pada rakyat.

3.  Guruh Soekarnoputra: Jokowi Belum Pantas Jadi Capres[3]

Guruh menilai Jokowi belum memiliki pengalaman yang cukup untuk jadi Presiden RI. Masa kerja Jokowi di DKI belum selesai satu periode. Joko Widodo belum layak menjadi calon presiden. Jokowi masih harus banyak belajar dan menyelesaikan tugasnya sebagai pemimpin Ibu Kota.

Guruh:  “Gubernur ini baru setengah jalan saja belum. Mungkin baru 20 persen dari masa baktinya dia. Saya bilang bahwa Pak Jokowi masih harus perlu waktu untuk banyak belajar. Presiden harus wawasannya luas, tahu politik secara dalam, mau nggak mau harus dibawa ke alam dunia politik nasional maupun internasional,”

Dari pernyataan Guruh ternyata tidak semua dikalangan PDI-P yakin akan kemampuan seorang Jokowi yang digadang-gadang menjadi Presiden oleh PDI-P.  Bahkan seorang Guruh Soekarno yang notabene adalah adik kandung Megawati sendiri meragukan kemampuan dengan berdasar analisanya dengan mengatakan bahwa “Jokowi masih harus perlu waktu untuk banyak belajar”

Pernyataan Guruh tidaklah asal-asalan ataupun serta merta menilai Jokowi seperti itu apalagi disampaikan ke media publik. Menurutnya untuk menjadi presiden, seseorang harus memiliki wawasan luas. Tak sebatas permasalahan di dalam negeri, tetapi juga permasalahan internasional, dan Jokowi belum menguasainya.

Memang realitanya adalah seperti itu, bahwa untuk menjadi seorang Presiden haruslah memiliki track record yang telah teruji, prestasi yang dapat dinilai dengan kacamata nasional dan internasional bukan hanya dengan skala kedaerahan saja.

Guruh: “Tapi itu murni pendapat saya pribadi. Jangan dibuat seolah-olah ada yang mengendalikan saya. Tidak ada satu partai pun atau organisasi atau pihak mana pun yang bisa mengendalikan saya,”

Menurut Guruh tingginya elektabilitas Jokowi sebagai kandidat calon presiden, hal itu lebih disebabkan karena dipengaruhi oleh pemberitaan mengenai Jokowi yang masif di media massa. Masyarakat dianggapnya belum cerdas secara politik sehingga dengan mudah menjatuhkan pilihan pada figur yang muncul di media massa.

“Survei itu karena masyarakat kita belum semua mengerti politik. Hanya karena sering muncul di media kemudian jadi dipilih,”

“Jokowi gubernur setengah jalan, Wawasan Jokowi belum luas soal kepemimpinan, Belum ada jiwa Soekarno dalam diri Jokowi, Jokowi tak pantas jadi capres tahun ini”.

4.   Asep Warlan: Jokowi Belum Pantas Jadi Presiden[4]

Pakar politik dari Universitas Parahyangan Asep Warlan mengatakan saat ini muncul fenomena masyarakat menyukai capres yang instan. Pakar politik ini heran dengan tingginya kegandrungan masyarakat terhadap sosok Jokowi, karena Jokowi muncul dengan sekedar modal blusukan.  Asep juga menilai pengalaman Jokowi memimpin Solo belum bisa menjadi modal kuat untuk memimpin Indonesia. Pemimpin harus punya pemikiran yang bagus, visi misi dan actionnya juga bagus,”

Kehadiran Jokowi sebagai kandidat calon presiden terkuat dianggap terlalu terburu-buru.  Menjadi capres membutuhkan persiapan cukup panjang. Harus dipersiapkan minimal 5 tahun sebelumnya.  Menurutnya sosok Jokowi kualitasnya masih harus dipertanyakan. Ia mempertanyakan apakah Jokowi sudah berbuat banyak untuk Indonesia.

“Fenomena Jokowi membuktikan masyarakat lebih suka terhadap pemimpin yang instan yang bermodal blusukan, padahal menjadi seorang pemimpin cara instan sangat riskan”. “Ngurus Jakarta aja belum terlihat perubahannya,”

5.   Yayat Supriatna: Jokowi belum pantas menjadi calon presiden[5]

Menurut Pengamat Perkotaan dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna, sejauh ini Jokowi belum pantas menjadi calon presiden. Kemampuan Jokowi memimpin dalam skala nasional harus diuji terlebih dahulu.  Jika Jokowi maju sebagai capres maka terkesan tergesa-gesa. Jokowi harus membuktikan dulu sikap tegasnya terhadap lingkaran-lingkaran terdekatnya. Salah satu kasus adalah kasus bus Transjakarta berkarat yang diduga melibatkan mantan timsesnya, Michael Bimo Putranto.

“Jokowi untuk tampil sebagai pemimpin nasional harus diuji dulu, harus matang dulu di Jakarta,” “Ternyata terlihat banyak hal yang tidak dikuasai Jokowi, dia dimanfaatkan lingkaran-lingkaran terdekat untuk kepentingan mengeruk proyek. Jokowi belum membuktikan sikap tegasnya,”

Jokowi belum tegas memimpin Jakarta padahal Jakarta adalah barometer untuk daerah-daerah di seluruh Indonesia. Ide internal Jokowi terkesan saja gerak cepat selesai tetapi banyak hal yang harus diperbaiki. Yang mana secara kelembagaan dan sistem belum siap, birokrasi belum siap.

“Memperbaiki Jakarta dibutuhkan tokoh yang tegas dan mengambil sikap. Pemimpin Jakarta dan Indonesia bukan butuh sosok yang populer, tapi berani bersih di internal lingkaran terdekatnya,”

6.   Emrus Sihombing: alasan Jokowi dianggap tak layak jadi presiden[6]

Kelemahan Jokowi menurut Emrus Sihombing, Pakar Komunikasi Politik Universitas Pelita Harapan, yaitu:

1)  Lemah dalam pengelolaan politik, pertahanan dan keamanan.  Belum ada prestasi dalam pengelolaan konflik dan dinamika politik dalam negeri, percaturan politik nasional, dan pengelolaan teritorial terkait dengan negara tetangga.

2)  Belum piawai dalam pengelolaan pertahanan dan keamanan, termasuk strategi dan manajemen alusista militer.  Lembaga Survei Nasional (LSN) menyatakan, dalam waktu tiga bulan, kepuasan warga pada Jokowi merosot hingga 47,5 persen dalam survei yang dilakukan pada Januari 2014.

3)   Jokowi masih dibutuhkan untuk membenahi Jakarta seperti janjinya. Belum ada bukti kinerja Jokowi sebagai gubernur DKI Jakarta.

4)   Jokowi belum cukup pengalaman untuk memimpin dalam skala nasional dan masih ada tokoh lain yang lebih pantas.

5)   Konsep pembangunan yang diusung Jokowi dianggap belum jelas sehingga diragukan kinerja Jokowi untuk dapat menjadikan Indonesia lebih baik.

7.    Ridwan: Jokowi Tak Pantas Jadi Presiden[7]

Budayawan Betawi Ridwan Saidi menilai Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi tak pantas dan tidak akan bisa menjadi presiden. Jangankan presiden, menurut Ridwan, Jokowi tak pantas untuk menjadi gubernur. Terkait elektabilitas Jokowi sebagai capres yang teratas dari seluruh survey, Ridwan menuding semua survei itu direkayasa dengan membayar lembaga survey.

Ridwan: “Jokowi jangan berharap jadi presiden, jadi gubernur pun kagak bakal sampai dua tahun,”

Di mata Ridwan, selama lebih kurang setahun memimpin Ibu Kota, kinerja Jokowi-Basuki tak ada yang positif. Jakarta, menurutnya, semakin berantakan. Tanah Abang, Waduk Pluit dianggapnya acak-acakan. MRT (mass rapid transport) juga bakal acak-acakan.

8.   Amien Rais: Sowan ke Dubes AS, Jokowi Rendahkan Harga Diri sebagai Capres[8]

Politikus senior PAN, Amien Rais mengkritisi pertemuan capres PDI-P, Joko Widodo (Jokowi) dengan Dubes Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia, Robert O Blake.  Pertemuan yang berlangsung di rumah pengusaha Jacob Sutoyo itu seperti merendahkan harga diri Jokowi sebagai capres.

Amien Rais “Blunder luar biasa, blunder karena Dubes itu kedudukannya di bawah presiden dan capres, apalagi capres sowan ke Dubes di rumah pengusaha, blunder semoga enggak terjadi lagi,”
“Saya lihat Mega dan Jokowi sowan, ini blunder. Kalau Dubes sowan ke Prabowo dan Jokowi itu yang betul. I don’t understand,”

Menurut Amien, pertemuan itu disinyalir sebagai bentuk negosiasi di negara ketiga. Pasalnya, bukan Dubes yang sowan ke mereka tetapi justru sebaliknya.

9.   Ray Rangkuti: Ini kritik keras jika Jokowi jadi nyapres[9]

Joko Widodo (Jokowi) dinilai belum layak maju menjadi calon presiden karena dianggap belum bisa menyelesaikan berbagai masalah.  Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA) Indonesia Ray Rangkuti mengatakan, jika PDI P resmi mencalonkan Jokowi , akan banyak menuai protes dari masyarakat Indonesia. Menurutnya, mantan wali kota Solo ini belum memiliki visi dan misi yang baik untuk Indonesia nantinya.

Ray Rangkuti: “Sekarang kalau capres pilih Jokowi , dia mau lakukan apa lima tahun ke depan? Kita enggak tahu mereka mau apa lima tahun ke depan. Konkretnya apa?

Menurut Ray, saat ini tak ada capres yang bisa dipegang janjinya termasuk Jokowi, hal ini sengaja dikondisikan oleh parpol agar tak terikat komitmen apapun dengan pemilih.

“Sekarang enggak ada yang bisa dipegang. Semuanya tebar pesona, pencitraan, iklan-iklan,”

10.  Abdul Malik Haramain:[10] Jokowi belum terbukti kapasitasnya mempimpin institusi besar.

Wakil Sekretaris Jenderal DPP PKB Abdul Malik Haramain menyatakan bahwa Jokowi baru mempunyai pengalaman dalam memimpin Kota Solo, sementara kinerjanya dalam memimpin wilayah yang lebih besar yakni Provinsi DKI Jakarta belum terbukti.

“Saat ini belum ada hasil kerja besar Jokowi di Jakarta, jadi kapasitasnya masih meragukan,”

Menurutnya, jika dibandingkan dengan dua tokoh yang saat ini menjadi kandidat Capres dari PKB yakni Jusuf Kalla dan Mahfud MD, maka Jokowi kalah. Malik mengklaim Jusuf Kalla dan Mahfud MD mempunyai sarat lengkap untuk diusung menjadi Capres.

Kriteria Presiden

1.      Menurut Habibie

–          Pemimpin yang pro rakyat

–          Dipimpin generasi angkatan

–          Usia 40 – 60

–          Industri penerbangan kembali dihidupkan

2.   Menurut Yusril Ihza Mahendra

Presiden Indonesia yang akan datang harus cerdas, berani dan memiliki integritas pribadi yg kokoh, karena  dia selalu dihadapkan pada pilihan, tantangan dan peluang

Presiden cerdas:

–       akan memilih apa yg paling baik dan paling menguntungkan bangsa dan negaranya

–       akan memilih jalan paling singkat, sistimatis dan logis untuk membuat bangsa dan negaranya maju lebih cepat

–       tidak akan mudah tertipu dan dipermainkan oleh kekuatan2 asing dengan janji2, pujian, bantuan dan iming2

Presiden berani:

–       akan punya sikap dan pendirian tegas untuk melindungi, membela harga diri dan membela kepentingan bangsa

–       akan dengan tegas mengatakan tidak atas tekanan meskipun diancam oleh kekuatan2 asing

–       akan sanggup memikul risiko dalam mengambil keputusan. Dia takkan salahkan orang lain atas keputusannya

Presiden harus punya integritas pribadi yg kokoh:

–       mempunyai komitmen moral dalam menjalankan tugas dan amanah

–       takkan korup dan lakukan sesuatu yg untungkan pribadi, keluarga dan kelompknya

–       memegang teguh nilai2 moralitas pribadi dan sosial.

[1] http://nasional.inilah.com/read/detail/2103813/jk-di-bi-tv-hancur-jika-jokowi-jadi capres#. U4H1RXKSzvt

[2] http://www.jpnn.com/read/2014/05/27/236849/Mantan-Wagub-DKI-Jokowi-Pimpin-Jakarta-Tanpa-Arah-

[3](http://news.detik.com/pemilu2014/read/2014/04/15/161724/2555903/1562/guruh-ragukan-kapasitas-jokowi-untuk-jadi-presiden); lihat juga http://politik.kompasiana.com/2014/04/19/guruh-tentang-jokowi-647886.html;  http://nasional.kompas.com/read/2013/10/25/1447341/Guruh.Jokowi.Belum.Pantas.Jadi.Capres dan http://www.merdeka.com/politik/4-serangan-guruh-soekarnoputra-ke-jokowi/jokowi-tak-pantas-jadi-capres-tahun-ini.html

[4] http://bandung.bisnis.com/m/read/20140330/34239/505406/pengamat-nilai-jokowi-belum-pantas-jadi-presiden

[5] http://www.merdeka.com/politik/jokowi-dinilai-belum-layak-jadi-capres.html

[6] http://politik.news.viva.co.id/news/read/489000-jadi-presiden-ri–ini-kelemahan-jokowi

[7]http://nasional.kompas.com/read/2013/12/06/1417209/Ridwan.Tak.Pantas.Jadi.Presiden.Siapa.yang.Demen.Sama.Jokowi.

[8] http://pemilu.okezone.com/read/2014/04/17/567/972074/sowan-ke-dubes-as-jokowi-rendahkan-harga-diri-sebagai-capres

[9] http://www.merdeka.com/politik/ini-kritik-keras-jika-jokowi-jadi-nyapres.html

[10] http://nasional.inilah.com/read/detail/2055451/pkb-mohon-maaf-jokowi-belum-pantas-jadi-capres (http://mutiarazuhud.wordpress.com/2014/06/08/haram-pilih-jokowi-jk/)

Sudut Obrolan (1): PKB, Rhoma Irama, Jokowi, JK, Mega dan Ayu Ting2

Obrolan di Angkot

Aku terpaksa ngangkot.   Udah kebayang gerah dan nggak nyamannya.  Ngetem lagi….  Beberapa ibu-ibu tiba-tiba naik.  Wah, kebayang deh berisik dan rumpiannya, tapi… ya lebih baik dari pada ngetemmm…

Begitu naik, ibu-ibu itu udah bla..bla.. bla… Eh, hemm mereka ngomong ‘politik’, ada Jokowi, sang gubernur DKI yang nyapres.  Dari mengkritik Jokowi mereka nyambung cerita Ayu Ting2, Pasar Senen dst dsb.  Menarik juga mendengarnya.  Aku terkagum-kagum dengan komentar mereka.  Kalau mereka nyaleg dan kampanye, pasti deh kepilih.  Ni aku share antara lain cerita mereka.

  1. Jokowi.

Jokowi harusnya gentlemen.  Udah ngomong mau jadi gubernur 5 tahun dan nggak bakalan seperti dia di Solo, eh malah jilat ludah sendiri.  Berapa duit dia dibayar (uihhhh gossip ???). Ni aja, rajin nyowan kemana-mana cari dukungan nyapres.

Kalau ada piala citra untuk pencitraan, maka jokowi pasti dapat yang paling gede.  Sok turun ke wilayah (istilah ibu-ibu: blusukan, aku gak suka istilah ini), ngecek banjir, ngecek macet, pasar Tanah Abang….. mana hasilnya. Ngecek doang…

Inget nggak katanya bisa nanggulangin banjir, mane… rumahku kelelep berkali-kali, lebih parah dari tahun kemaren.  Katanya gusur warga dengan persuasif, tapi liat tuh yang dibantaran kali, digusur seenakya aja.  Bikin gebrakan jago dah, ngerapiin pasar Tanah Abang katanya, tapi masih aja Tanah Abang macet.  Pedagangnya di iming-iming akan dibeginiin-begituin, tapi gak ada.  Pada rugi.

Tuh ditunjukkin Tuhan hatinya gak bener, buat jembatan penghubung dipasar blog G, belum apa-apa rubuh (???).  Mau rapiin pasar Tanah Abang, jangan ada PKL,  noh, pasar Senen terbakar, pedagang pada jualan di kaki lima.  Makanya jangan ngomong yang beda dengan hati, ditunjukkin Tuhan.

Jangan bandingin dengan bu Risma (red: Tri Rismaharini, walikota Surabaya), Jokowi itu nggak ada apa-apanya.  Jauh……. Ngomong aja mau ini, mau itu, tapi mana? Ya ada juga yang di buat, tapi seperti proyek mercusuar (gossip ???).  Cuma dikit sana, dikit sini, biar kelihatan banyak program.  Buat bus pariwisata gratis, noh orang dah kaya pade disubsidi.  Sok Meresmikan ini, meresmikan itu, itukan progam pak Foke.  Katanya nyapres cuti, izin segala ka presiden, eh ntar ngomong, walau nyapres tetap jalanin tugas gubernur resmiin pasar, kan pencitraan…Kita minta aja bu Risma jadi presiden, bla … bla…

  1. Ayu Ting2

Kenapa ya orang sekarang malunya udah pada hilang.  Ayu Ting2 itu kan udah jelas hamil (istilahnya: bunting, hiii serem) dulu baru nikah.  Tapi kok bangga…. amit-amit.  Aku …(bahasanya gak enak) liat di TV.  Kasian tu lakinya (red: suami) dikibuli.  Mau aja tu laki dikerjain.  Kalau aku ketemu dengan si Enji itu, aku bilangin, udah aja lu kan cakep cari aja perempuan lain yang cakep tapi baek dan sholehah.  Ngapain lu nuntut anak itu.  Kata ustad … Anak haram kan ngikut ibunya.  Jadi gak ada waris dari bapaknya.  Kan Ayu Ting2 udah jelas-jelas ngaku anaknya anak haram.  Nama anaknya juga kan gak pake nama lakinya.  Anehnya pakai bin bapaknya Ayu Ting2.  Kali (…..) dengan bapaknya,  hhihihi (uihhhh).  Aliran modern kali bla… bla…

  1. Rhoma Irama

Eh, kita pilih pak haji aja nanti kalau pilpres ya?  Kasian, dikerjain sama PKB,  katanya partai Islam.  Tapi kok kerjanya seperti …… pak haji itu baik sih, padahal udah diingetin, ati2 dikerjain.  Wah, pak haji juga gak mau pasangan dengan Jokowi di pilpres, katanya Jokowi itu ingkar janji, munafik (???). Minta aja suami lu ajuin pak haji jadi capres.  Pasang dengan siapa kek.  Dengan bu Risma aja.  Mantap itu.

(Perjalanan angkot yang satu jam, jadi tidak terasa – hampir aku ke blablasan).

Obrolan di Kampus

1.  Rhoma Irama dan Cak Imin

Mereka merasa PKB/ Cak Imin telah memanfaatkan Rhoma Irama, si Raja Dangdut.  Muhaimin dinilai pintar (bahsa mereka: licik) memanfaatkan JK, Machfud MD dan Rhoma yang cukup disukai masyarakat.  JK dan Machfud MD selalu punya angka yang cukup baik dalam survey-survey capres.  Mereka Salut dengan Rhoma yang legowo, menganggap apa yang telah dilakukannya buat PKB sebagai amal sholeh.    Siapa Cak Imin? Pria yang bernama asli Ahmad Muhaimin Iskandar ini lahir tanggal 24 September 1966.  Nah dari hitung-hitung maka Muhaimin punya karakter sbb:

An-Nur [24]:9 dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika suaminya itu termasuk orang-orang yang benar.

Ash-Shaaft [37]:10  akan tetapi barangsiapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan); Maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang.

(Hehe analisa aja).  Jadi kalau bung Rhoma “merasa dibohongin”, ya begitulah. (Allah Maha Melihat.  Bukankah munafik lebih keras hukumnya dari kafirin?)

2.  Nahdiyin, Marhaenisme dan Marjinalisasi

Mereka mengomentari acara DEBAT di salah satu stasiun televisi.  Seseorang di acara menyatakan kenapa PKB gabung dengan PDI-P yaitu disamping Nahdiyin dan PDI-P punya kesamaan idealisme dan selama ini Nahdiyin dan Marhaenisme dimarjinalkan bla … bla.. bla.  Mereka merasa tidak ada marjinalisasi Nahdiyin dan Marhaen.  Soekarno dan Megawati yang marhaenis pernah jadi Presiden.  Gusdur yang Nahdiyin juga pernah jadi Presiden.   Belum ada presiden Muhammadiyah (loh). Kalau Soekarno dipaksa turun karena Soekarno telah menyimpang dari Pancasila (Demokrasi Terpimpin, NASAKOM, bla.. bla…bla..).

Lalu ada Nahdiyin lain menyatakan, Islam juga telah dimarjinalkan, karenanya barisan Islam merapat ke PDI-P.  Mereka merasa ini over ngomong (red: berlebihan).  Barisan Islam mana? Dari 5 partai Islam, cuma satu, PKB yang ke PDI-P, bla .. bla ..bla…

3.  JK oh JoKowi

Mereka merasa:

–   Mega tidak pantas mendudukkan JK sebagai CAWAPRESnya Jokowi.  Seharusnya Jokowi yang jadi CAWAPRESnya JK.

–   Jokowi dinilai sombong karena menjadikan JK CAWAPRESnya.

–   JK tidak hanya lebih tua tapi lebih berpengalaman dari Jokowi

–   JK punya pengalaman lama jadi pimpinan Negara (10 tahun). Menteri, Menko sampai Wakil Presiden.  Bahkan Menkonya Megawati.  Jokowi cuma punya pengalaman mimpin sebagian kecil wilayah Indonesia, Solo dan DKI (sekitar 5 tahun).

–   JK telah banyak berhasil dalam berbagai bidang: kemanusiaan, perdamaian, pengusaha

–   Uang yang bermain dalam hal ini (gossip???)

–   Memang kalau tanpa JK maka Jokowi cuma OOWI

4.  Janji dan Janji

–   Mega dinilai haus kekuasaan (mengutip perkataan Mega: “PDI-P itu sudah 10 tahun lo tidak berkuasa”), sehingga tega mengingkari janjinya dengan Prabowo (Batutulis bla .. bla .. bla..)

–   Jokowi dinilai sosok yang tidak bisa dipegang omongannya.  Ketika kampanye PILGUB DKI, Jokowi berjanji akan menuntaskan kiprahnya/ periodenya sebagai gubernur DKI  jika terpilih, tetapi sekarang NOL besar.

–   Tidak percaya kalau tidak ada deal politik dengan Nasdem dan PKB. (mengutip pendapat pengamat bahwa saat ini keadaannya masih begitu, tidak mungkin tidak ada deal politik). Terbukti setelah alot cari CAWAPRES untuk Jokowi, yang dipilih jadi CAWAPRES adalah JK dan JK usulan Nasdem.  PKB juga bakal banyak dapat Kursi menteri dan duit ( lihat saja nanti, gossip apa gossip)

–   JK dinilai juga tidak bisa dipegang omongannya.  JK menyatakan akan PULANG KAMPUNG jika tidak terpilih jadi PRESIDEN tahun 2009.  Tapi sekarang ikutan PILPRES.  Berbicara etis dan tidak etis, maka ini lebih tidak etis (????)

5.  Baju & Asal

Tebak-tebakan: kenali asalmu dari pakiannmu:

obrolan diangkot

Lu pernah perhatiin logo PDI-P?  Matanya …… serem, mulutnya ….. cihui

Image

 

 

Ada-ada aja!

(Mereka calon pemimpin masa depan.  Mereka “sangat teliti” menganalisa tetapi para dosen seharusnya mengajarkan pendidkan politik dan pemikiran yang benar agar mereka tidak bergossip)

Kenali Capres – Cawapres 2014 (2): Foto dan Profil Koalisi #Cerdas Memilih

FOTO CAPRES – CAWAPRES & LOGO PARTAI
Image

Temukan perbedaan dari keempat gambar capres – cawapres di atas! 😀

PROFIL  KOALISI

PRABOWO – HATTA

Capres-partai pendukung

JOKOWI – JK 

Capres-partai pendukung-1

NETRAL

Capres-partai pendukung-2

[1] Berita Metro TV (Kamis 13/3/2014) merilis kasus korupsi yg menimpa partai politik. Dari 9 Parpol yg sekarang ada di DPR RI

[2] survei Indonesia Network Election Survey (INES): anggota yang bolos pada sidang paripurnasaat  ulang tahun DPR RI

[3]http://www.dakta.com/2014/04/formappi-luncurkan-raport-kinerja-anggota-dpr/

[4]http://sambelalab.wordpress.com/2010/11/09/pemerintahan-megawati-privatisasi-bumn-ke-tangan-asing-2001-2004

PKB, NU dan Rhoma Irama

Ketika PILEG 2014, Rhoma Irama diusung sebagai salah satu CAPRES dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).  Namun setelah PILEG dan PKB meraih kenaikan suara yang cukup signifikan, PKB meninggalkan Rhoma Irama dan memilih berkoalisi dengan PDI-P serta mendukung JOKOWI sebagai CAPRES, sementara Rhoma Irama secara pribadi tidak mendukung JOKOWI  karena perbedaan nilai moralitas.

PKB dideklarasikan pada tahun1998 oleh para kiai-kiai Nahdlatul Ulama, seperti Munasir Ali, Ilyas Ruchiyat, Abdurrahman Wahid, A. Mustofa Bisri, dan A. Muhith Muzadi.  PKB didirikan untuk menyalurkan suara politik Nahdiyin.

Nahdlatul Ulama (NU) didirikan di Surabaya tahun 1926.  Diawal proklamasi, NU bersama-sama ormas Muhammadiyah, Perserikatan Ummat Islam, dan Persatuan Ummat Islam serta parpol Partai Sjarikat Islam Indonesia dan Partai Islam Indonesia bergabung mendirikan Masyumi (Majelis Syuro ummat Islam Indonesia).  Masyumi kemudian menjadi partai terbesar. Sejarah bangsa Indonesia mencatat nama besar Masyumi sebagai partai Islam terbesar yang pernah ada. Jumlah anggota pendukungnya untuk satu kabupaten saja setara dengan anggota partai politik lainnya seluruh Indonesia. Masyumi juga memiliki Lasykar Hisbullah yang bersenjata berjumlah sekitar 20.000 hingga 25. 000 pemuda.  Sampai dengan tanggal 31 Desember 1950, secara resmi tercatat ada 237 Cabang (Tingkat Kabupaten), 1.080 Anak Cabang (tingkat Kecamatan) dan 4.982 Ranting (tingkat Desa) dengan jumlah anggota sekitar 10 juta orang. Pada pemilu 1955, Masyumi tetap membuktikan diri sebagai partai Islam terbesar.  Masyumi mendapat dukungan suara terbanyak, yakni 10 dari 15 daerah pemilihan di seluruh Indonesia.

Pada tahun 1952, NU keluar dari Masyumiterkait dengan perebutan pengaruh/ kekuasaan antara Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama (jabatan Menteri Agama), dan NU mendirikan parpolnya sendiri parti Nahdlatul Ulama.   Pada Pemilu I tahun 1955Nahdlatul Ulama merupakan salah satu dari lima partai besar pemenang Pemilu disamping  Masyumi, PNI, PKI dan PSSI.

Setelah Dekrit 5 Juli 1959 resmi dikeluarkan/ periode demokrasi terpimpin Soekarno, Partai Islam terpecah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pertama yang menilai bahwa sistem demokrasi terpimpin otoriter dan merupakan bentuk penyimpangan dari ajaran Islam dan kelompok kedua yang menilai dukungan terhadap sistem ini sebagai sikap yang realistik dan pragmatikNU masuk dalam kelompok kedua bersama PSII dan Perti yang tergabung dalam Liga Muslimin, sedangkan Masyumi masuk ke dalam kelompok pertama.  Tahun 1960, Masyumi harus dinyatakan bubar, jika tidak dibubarkan maka Masyumi akan diumumkan sebagai partai terlarang.[2]

Pada awal Orde Baru (1970) terbentuk dua koalisi di DPR yaitu kelompok nasionalis dan spiritual.  NU termasuk dalamkelompok sprituil bersama-sama Parmusi, PSII, dan Perti, yang kemudian tahun 1973, mendeklarasikan  “konfederasi” Partai-Partai Islam dengan nama Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Pada masa Reformasi, 1998 – saat ini, terdapat dua macam partai yang dapat disebut sebagai partai Islam, yaitu Partai yang berazaskan Islam: PPP, PK, PBB dan PPNU, dan Partai yang tidak mencantumkan Islam sebagai azaznya tetapi konstituen utamanya adalah umat Islam: PKS (PK), PKB (konstituennya adalah warga NU), dan PAN (konstituen utamanya adalah warga Muhammadiyah).

Pada Pemilu 1999, PKB memperoleh suara 12.61 %, dan Pemilu 2004 memperoleh suara 10.57 %.    Namun kemudian terjadi konflik dalam tubuh PKB antara Gudur (paman) dengan Muhaimin Iskandar (keponakan) yang melahirkan dualisme kepengurusan yaitu PKB Parung dengan ketua Dewan Syuro Gusdur dan Ketua Tanfidziyah Ali Masykur Moesa, serta PKB Ancol dengan Ketua Dewan Syuro KH. Aziz Mansyur dan Ketua Tanfidziyah Muhaimin Iskandar.  Efeknya, pada Pemilu 2009 suara PKB turun drastis 4.94  %.[3]

Pemilu 2014, PKB sangat cerdik dengan memproklamirkan CAPRESnya sebelum PILEG, yaitu Jusuf Kalla, Machfud MD dan Rhoma Irama, nama-nama yang punya nilai elektabilitas dan dikenal masyarakat, disamping itu Rhoma Irama sang Raja Dangdut memiliki penggemar cukup luas.  Hasilnya Pemilu 2014, perolehan suara PKB melejit 200% Pemilu 2009 yaitu sebesar 9,04 %.

Namun PKB menafikan Rhoma effect dan meninggalkan Rhoma Irama lalu berkoalisi dengan PDI-P dan mendukung JOKOWI sebgai CAPRES.   Padahal Rhoma Irama secara terang-terangan menyatakan tidak bersedia jika dipasangkan dengan JOKOWI  karena menurut Rhoma Irama, JOKOWI seseorang yang tidak menepati janji (munafik).  Seperti pendahulunya,Muhaimin Iskandar bersikap realistik dalam memberikan dukungan dan bersifat pragmatik (Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya???).  Selamat berjuang Bung Rhoma.

Quote:

Umar ra berkata: “ Sesuatu yang paling aku khawatirkan dari kalian adalah Munafiq ‘Alim”, lalu ada yang bertanya: “ Bagaimana mungkin seseorang munafiq memiliki sifat ‘alim?”.  Umar ra. menjawab: “ Ia berbicara dengan penuh hikmah namun melakukan kezaliman atau kemungkaran

 

[1] http://www.muslimdaily.net

[2] Peran Sukarno dalam perpecahan perpolitikan Islam di Indonesia www.muslimdaily.net , http://www.akhirzaman.info/nasional/ipoleksosbud/1296-siapa-sebenarnya-soeharto.html, http://toglu.wordpress.com/2012/09/30/sejarah-pemilu-indonesia-dari-masa-ke-masa/

[3] [3] http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_legislatif_Indonesia_1955 (sampai dengan 2014)