1. Jusuf Kalla (JK): Hancur Kita Kalau Jokowi Jadi Capres
Akhir-akhir ini, beredar video wawancara mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) di dunia maya lewat tayangan wawancara dengan Bisnis Indonesia TV. Menurut JK, Jokowi hanya populer, namun belum bisa membuktikan keberhasilan membangun Jakarta[1] Menurut JK, Indonesia akan hancur jika Jokowi jadi Capres.
Video berdurasi 3 menit 52 detik itu dibuat sebelum JK menjadi cawapres pendamping capres Jokowi. JK mengkritik pedas Jokowi yang dianggap belum pantas memimpin negeri ini. Menurut JK, kemampuan dan pengalaman lebih penting daripada sekadar umur. Jokowi belum membuktikan berkemampuan mengurus ibu kota, apalagi negara ini. Orang muda yang mau Capres syaratnya punya pengalaman dan harus punya track record. Jokowi memang populer, tetapi belum bisa membuktikan mampu mengurus Jakarta, apalagi negera ini berpenduduk sekitar 240 juta jiwa.
“Bisa hancur negara ini jika mantan wali kota Solo itu menjadi capres. Jangan tiba-tiba karena terkenal di Jakarta dicalonkan presiden. Bisa hancur, bisa bermasalah negeri ini. Kalau sukses di DKI, ya silakan.”
Pendapat JK ini mengacu kepada negara-negara lain yang presiden atau perdana menterinya tidak datang secara instan, melainkan melalui beberapa tingkatan. Contohnya Amerika Serikat, yang menjadi presiden pasti dari gubernur atau senator.
“Siapa bilang Jokowi tidak punya pengalaman? Dia kan Gubernur DKI, pengalamannya dari Wali Kota Solo. Saya sendiri yang usulkan supaya satu tingkat di atasnya, saya anggap baik di Solo, bisa naik di atasnya DKI,”
“Biarlah DKI dulu, itu masalah popularitas, belum membuktikan mampu mengurus Jakarta. Bahwa dia (Jokowi) mampu mengurus Jakarta otomatis punya kemampuan mengurus negeri ini,”
2. Mantan Wagub DKI : Jokowi Pimpin Jakarta Tanpa Arah [2]
Prijanto, mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta juga meragukan kapasitas Joko Widodo (Jokowi). Sebagai mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Prijanto mengaku sebelumnya sangat dekat dengan Jokowi.
Mantan wakil gubernur DKI Prijanto mengungkapkan untuk menjadi pemimpin di Indonesia harus memiliki lima kriteria, yaitu karakter, kapabilitas, kapasitas, kredibilitas, dan kepemimpinan.
Prijanto: “Dengan mata, telinga dan mulut saya sendiri, saya memiliki beberapa catatan terhadap Jokowi. Catatan ini penting saya sampaikan agar publik mengerti dan tidak salah dalam memilih calon Presiden,”
Menurut Prijanto:
Pertama: Patut diduga Jokowi tidak peka terhadap tindak korupsi, bahkan terkesan bahwa Jokowi membiarkan dan melindungi tindak korupsi. “Kasus korupsi bus Transjakarta itu hanya salah satu contohnya saja,”
Kedua: Jokowi memimpin DKI Jakarta seperti tanpa arah dan tujuan. “Suatu ketika saya pernah sampaikan pentingnya RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah), tapi dijawabnya tidak penting,”.
Ketiga: banyak pimpinan dan staf SKPD yang mengeluh kepada Jokowi karena bingung harus melakukan apa. Setiap mereka memaparkan sesuatu, Jokowi tidak pernah memberikan keputusan, petunjuk atau arahan kerja. Tetapi malah ingin cepat-cepat keluar.
Keempat: banyak staf merasa heran dan mempersepsi aneh karena Gubernur Jokowi di luar banyak dipuji karena dianggap dekat dengan rakyat tapi dengan bawahan sendiri bersikap feodalistik dan tidak komunikatif.
Kelima: Jokowi bukan tipe pemimpin bertanggung jawab. “Saya pernah bertanya, mengapa PT MRT banyak dikendalikan oleh orang Ahok. Jokowi dengan santai menjawab, biarin. Kalau MRT gagal yang salah Wagub, tapi kalau MRT berhasil yang dikenang Gubernur.
Keenam: Jokowi tidak paham persoalan administrasi. Banyak berkas menumpuk belum ditanda-tangani sehingga beberapa hal tersendat. Sebaliknya, kalau terkait pencitraan diri, Jokowi cepat sekali bertindak. Blusukan atau pendirian stadion di atas taman BMW yang masih bermasalah itu. Jokowi tidak sabar ingin meletakkan batu pertama agar dikenang sebagai Gubernur yang peduli pada rakyat.
3. Guruh Soekarnoputra: Jokowi Belum Pantas Jadi Capres[3]
Guruh menilai Jokowi belum memiliki pengalaman yang cukup untuk jadi Presiden RI. Masa kerja Jokowi di DKI belum selesai satu periode. Joko Widodo belum layak menjadi calon presiden. Jokowi masih harus banyak belajar dan menyelesaikan tugasnya sebagai pemimpin Ibu Kota.
Guruh: “Gubernur ini baru setengah jalan saja belum. Mungkin baru 20 persen dari masa baktinya dia. Saya bilang bahwa Pak Jokowi masih harus perlu waktu untuk banyak belajar. Presiden harus wawasannya luas, tahu politik secara dalam, mau nggak mau harus dibawa ke alam dunia politik nasional maupun internasional,”
Dari pernyataan Guruh ternyata tidak semua dikalangan PDI-P yakin akan kemampuan seorang Jokowi yang digadang-gadang menjadi Presiden oleh PDI-P. Bahkan seorang Guruh Soekarno yang notabene adalah adik kandung Megawati sendiri meragukan kemampuan dengan berdasar analisanya dengan mengatakan bahwa “Jokowi masih harus perlu waktu untuk banyak belajar”
Pernyataan Guruh tidaklah asal-asalan ataupun serta merta menilai Jokowi seperti itu apalagi disampaikan ke media publik. Menurutnya untuk menjadi presiden, seseorang harus memiliki wawasan luas. Tak sebatas permasalahan di dalam negeri, tetapi juga permasalahan internasional, dan Jokowi belum menguasainya.
Memang realitanya adalah seperti itu, bahwa untuk menjadi seorang Presiden haruslah memiliki track record yang telah teruji, prestasi yang dapat dinilai dengan kacamata nasional dan internasional bukan hanya dengan skala kedaerahan saja.
Guruh: “Tapi itu murni pendapat saya pribadi. Jangan dibuat seolah-olah ada yang mengendalikan saya. Tidak ada satu partai pun atau organisasi atau pihak mana pun yang bisa mengendalikan saya,”
Menurut Guruh tingginya elektabilitas Jokowi sebagai kandidat calon presiden, hal itu lebih disebabkan karena dipengaruhi oleh pemberitaan mengenai Jokowi yang masif di media massa. Masyarakat dianggapnya belum cerdas secara politik sehingga dengan mudah menjatuhkan pilihan pada figur yang muncul di media massa.
“Survei itu karena masyarakat kita belum semua mengerti politik. Hanya karena sering muncul di media kemudian jadi dipilih,”
“Jokowi gubernur setengah jalan, Wawasan Jokowi belum luas soal kepemimpinan, Belum ada jiwa Soekarno dalam diri Jokowi, Jokowi tak pantas jadi capres tahun ini”.
4. Asep Warlan: Jokowi Belum Pantas Jadi Presiden[4]
Pakar politik dari Universitas Parahyangan Asep Warlan mengatakan saat ini muncul fenomena masyarakat menyukai capres yang instan. Pakar politik ini heran dengan tingginya kegandrungan masyarakat terhadap sosok Jokowi, karena Jokowi muncul dengan sekedar modal blusukan. Asep juga menilai pengalaman Jokowi memimpin Solo belum bisa menjadi modal kuat untuk memimpin Indonesia. Pemimpin harus punya pemikiran yang bagus, visi misi dan actionnya juga bagus,”
Kehadiran Jokowi sebagai kandidat calon presiden terkuat dianggap terlalu terburu-buru. Menjadi capres membutuhkan persiapan cukup panjang. Harus dipersiapkan minimal 5 tahun sebelumnya. Menurutnya sosok Jokowi kualitasnya masih harus dipertanyakan. Ia mempertanyakan apakah Jokowi sudah berbuat banyak untuk Indonesia.
“Fenomena Jokowi membuktikan masyarakat lebih suka terhadap pemimpin yang instan yang bermodal blusukan, padahal menjadi seorang pemimpin cara instan sangat riskan”. “Ngurus Jakarta aja belum terlihat perubahannya,”
5. Yayat Supriatna: Jokowi belum pantas menjadi calon presiden[5]
Menurut Pengamat Perkotaan dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna, sejauh ini Jokowi belum pantas menjadi calon presiden. Kemampuan Jokowi memimpin dalam skala nasional harus diuji terlebih dahulu. Jika Jokowi maju sebagai capres maka terkesan tergesa-gesa. Jokowi harus membuktikan dulu sikap tegasnya terhadap lingkaran-lingkaran terdekatnya. Salah satu kasus adalah kasus bus Transjakarta berkarat yang diduga melibatkan mantan timsesnya, Michael Bimo Putranto.
“Jokowi untuk tampil sebagai pemimpin nasional harus diuji dulu, harus matang dulu di Jakarta,” “Ternyata terlihat banyak hal yang tidak dikuasai Jokowi, dia dimanfaatkan lingkaran-lingkaran terdekat untuk kepentingan mengeruk proyek. Jokowi belum membuktikan sikap tegasnya,”
Jokowi belum tegas memimpin Jakarta padahal Jakarta adalah barometer untuk daerah-daerah di seluruh Indonesia. Ide internal Jokowi terkesan saja gerak cepat selesai tetapi banyak hal yang harus diperbaiki. Yang mana secara kelembagaan dan sistem belum siap, birokrasi belum siap.
“Memperbaiki Jakarta dibutuhkan tokoh yang tegas dan mengambil sikap. Pemimpin Jakarta dan Indonesia bukan butuh sosok yang populer, tapi berani bersih di internal lingkaran terdekatnya,”
6. Emrus Sihombing: alasan Jokowi dianggap tak layak jadi presiden[6]
Kelemahan Jokowi menurut Emrus Sihombing, Pakar Komunikasi Politik Universitas Pelita Harapan, yaitu:
1) Lemah dalam pengelolaan politik, pertahanan dan keamanan. Belum ada prestasi dalam pengelolaan konflik dan dinamika politik dalam negeri, percaturan politik nasional, dan pengelolaan teritorial terkait dengan negara tetangga.
2) Belum piawai dalam pengelolaan pertahanan dan keamanan, termasuk strategi dan manajemen alusista militer. Lembaga Survei Nasional (LSN) menyatakan, dalam waktu tiga bulan, kepuasan warga pada Jokowi merosot hingga 47,5 persen dalam survei yang dilakukan pada Januari 2014.
3) Jokowi masih dibutuhkan untuk membenahi Jakarta seperti janjinya. Belum ada bukti kinerja Jokowi sebagai gubernur DKI Jakarta.
4) Jokowi belum cukup pengalaman untuk memimpin dalam skala nasional dan masih ada tokoh lain yang lebih pantas.
5) Konsep pembangunan yang diusung Jokowi dianggap belum jelas sehingga diragukan kinerja Jokowi untuk dapat menjadikan Indonesia lebih baik.
7. Ridwan: Jokowi Tak Pantas Jadi Presiden[7]
Budayawan Betawi Ridwan Saidi menilai Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi tak pantas dan tidak akan bisa menjadi presiden. Jangankan presiden, menurut Ridwan, Jokowi tak pantas untuk menjadi gubernur. Terkait elektabilitas Jokowi sebagai capres yang teratas dari seluruh survey, Ridwan menuding semua survei itu direkayasa dengan membayar lembaga survey.
Ridwan: “Jokowi jangan berharap jadi presiden, jadi gubernur pun kagak bakal sampai dua tahun,”
Di mata Ridwan, selama lebih kurang setahun memimpin Ibu Kota, kinerja Jokowi-Basuki tak ada yang positif. Jakarta, menurutnya, semakin berantakan. Tanah Abang, Waduk Pluit dianggapnya acak-acakan. MRT (mass rapid transport) juga bakal acak-acakan.
8. Amien Rais: Sowan ke Dubes AS, Jokowi Rendahkan Harga Diri sebagai Capres[8]
Politikus senior PAN, Amien Rais mengkritisi pertemuan capres PDI-P, Joko Widodo (Jokowi) dengan Dubes Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia, Robert O Blake. Pertemuan yang berlangsung di rumah pengusaha Jacob Sutoyo itu seperti merendahkan harga diri Jokowi sebagai capres.
Amien Rais “Blunder luar biasa, blunder karena Dubes itu kedudukannya di bawah presiden dan capres, apalagi capres sowan ke Dubes di rumah pengusaha, blunder semoga enggak terjadi lagi,”
“Saya lihat Mega dan Jokowi sowan, ini blunder. Kalau Dubes sowan ke Prabowo dan Jokowi itu yang betul. I don’t understand,”
Menurut Amien, pertemuan itu disinyalir sebagai bentuk negosiasi di negara ketiga. Pasalnya, bukan Dubes yang sowan ke mereka tetapi justru sebaliknya.
9. Ray Rangkuti: Ini kritik keras jika Jokowi jadi nyapres[9]
Joko Widodo (Jokowi) dinilai belum layak maju menjadi calon presiden karena dianggap belum bisa menyelesaikan berbagai masalah. Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA) Indonesia Ray Rangkuti mengatakan, jika PDI P resmi mencalonkan Jokowi , akan banyak menuai protes dari masyarakat Indonesia. Menurutnya, mantan wali kota Solo ini belum memiliki visi dan misi yang baik untuk Indonesia nantinya.
Ray Rangkuti: “Sekarang kalau capres pilih Jokowi , dia mau lakukan apa lima tahun ke depan? Kita enggak tahu mereka mau apa lima tahun ke depan. Konkretnya apa?
Menurut Ray, saat ini tak ada capres yang bisa dipegang janjinya termasuk Jokowi, hal ini sengaja dikondisikan oleh parpol agar tak terikat komitmen apapun dengan pemilih.
“Sekarang enggak ada yang bisa dipegang. Semuanya tebar pesona, pencitraan, iklan-iklan,”
10. Abdul Malik Haramain:[10] Jokowi belum terbukti kapasitasnya mempimpin institusi besar.
Wakil Sekretaris Jenderal DPP PKB Abdul Malik Haramain menyatakan bahwa Jokowi baru mempunyai pengalaman dalam memimpin Kota Solo, sementara kinerjanya dalam memimpin wilayah yang lebih besar yakni Provinsi DKI Jakarta belum terbukti.
“Saat ini belum ada hasil kerja besar Jokowi di Jakarta, jadi kapasitasnya masih meragukan,”
Menurutnya, jika dibandingkan dengan dua tokoh yang saat ini menjadi kandidat Capres dari PKB yakni Jusuf Kalla dan Mahfud MD, maka Jokowi kalah. Malik mengklaim Jusuf Kalla dan Mahfud MD mempunyai sarat lengkap untuk diusung menjadi Capres.
Kriteria Presiden
1. Menurut Habibie
– Pemimpin yang pro rakyat
– Dipimpin generasi angkatan
– Usia 40 – 60
– Industri penerbangan kembali dihidupkan
2. Menurut Yusril Ihza Mahendra
Presiden Indonesia yang akan datang harus cerdas, berani dan memiliki integritas pribadi yg kokoh, karena dia selalu dihadapkan pada pilihan, tantangan dan peluang
Presiden cerdas:
– akan memilih apa yg paling baik dan paling menguntungkan bangsa dan negaranya
– akan memilih jalan paling singkat, sistimatis dan logis untuk membuat bangsa dan negaranya maju lebih cepat
– tidak akan mudah tertipu dan dipermainkan oleh kekuatan2 asing dengan janji2, pujian, bantuan dan iming2
Presiden berani:
– akan punya sikap dan pendirian tegas untuk melindungi, membela harga diri dan membela kepentingan bangsa
– akan dengan tegas mengatakan tidak atas tekanan meskipun diancam oleh kekuatan2 asing
– akan sanggup memikul risiko dalam mengambil keputusan. Dia takkan salahkan orang lain atas keputusannya
Presiden harus punya integritas pribadi yg kokoh:
– mempunyai komitmen moral dalam menjalankan tugas dan amanah
– takkan korup dan lakukan sesuatu yg untungkan pribadi, keluarga dan kelompknya
– memegang teguh nilai2 moralitas pribadi dan sosial.
[2] http://www.jpnn.com/read/2014/05/27/236849/Mantan-Wagub-DKI-Jokowi-Pimpin-Jakarta-Tanpa-Arah-
[3](http://news.detik.com/pemilu2014/read/2014/04/15/161724/2555903/1562/guruh-ragukan-kapasitas-jokowi-untuk-jadi-presiden); lihat juga http://politik.kompasiana.com/2014/04/19/guruh-tentang-jokowi-647886.html; http://nasional.kompas.com/read/2013/10/25/1447341/Guruh.Jokowi.Belum.Pantas.Jadi.Capres dan http://www.merdeka.com/politik/4-serangan-guruh-soekarnoputra-ke-jokowi/jokowi-tak-pantas-jadi-capres-tahun-ini.html
[5] http://www.merdeka.com/politik/jokowi-dinilai-belum-layak-jadi-capres.html
[6] http://politik.news.viva.co.id/news/read/489000-jadi-presiden-ri–ini-kelemahan-jokowi
[9] http://www.merdeka.com/politik/ini-kritik-keras-jika-jokowi-jadi-nyapres.html
[10] http://nasional.inilah.com/read/detail/2055451/pkb-mohon-maaf-jokowi-belum-pantas-jadi-capres (http://mutiarazuhud.wordpress.com/2014/06/08/haram-pilih-jokowi-jk/)